Sabtu, 13 Februari 2016

Pemecah Gelombang

Pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty. Selanjutnya dalam bagian ini tinjauan lebih difokuskan pada pemecah gelombang lepas pantai.
Pemecah gelombang sambung pantai
Pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Bangunan ini direncanakan untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dan serangan gelombang. Tergantung pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan oleh celah.
Perlindungan oleh pemecahan gelombang lepas pantai terjadi karena berkurangnya energi gelombang yang sampai di perairan di belakang bangunan. Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pengendapan tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate. Apabila bangunan ini cukup panjang terhadap jaraknya dari garis pantai, maka akan terbentuk tombolo.
Pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap perubahan bentuk garis pantai dapat dijelaskan sebagai berikut ini. Apabila garis puncak gelombang pecah sejajar dengan garis pantai asli, terjadi difraksi di daerah terlindung di belakang bangunan, di mana garis puncak gelombang membelok dan berbentuk busur lingkaran. Perambatan gelombang yang terdifraksi tersebut disertai dengan angkutan sedimen menuju ke daerah terlindung dan diendapkan di perairan di belakang bangunan.
Penambahan Suplai Pasir di Pantai (Sand Nourishment). Pantai berpasir mempunyai kemampuan perlindungan alami terhadap serangan gelombang dan arus. Perlindungan tersebut berupa kemiringan dasar pantai di daerah nearshore yang menyebabkan gelombang pecah di lepas pantai, dan kemudian energinya dihancurkan selama dalam penjalaran menuju garis pantai di surf zone. Dalam proses pecahnya gelombang tersebut sering terbentuk offshore bar di ujung luar surf zone yang dapat berfungsi sebagai penghalang gelombang yang datang (menyebabkan gelombang pecah).
Erosi pantai terjadi apabila di suatu pantai yang ditinjau terdapat kekurangan suplai pasir. Stabilisasi pantai dapat dilakukan dengan penambahan suplay pasir ke daerah tersebut. Apabila pantai mengalami erosi secara terus menerus, maka penambahan pasir tersebut perlu dilakukan secara berkala, dengan laju sama dengan kehilangan pasir yang disebabkan oleh erosi.
Untuk mencegah hilangnya pasir yang ditimbun di ruas pantai karena terangkut oleh arus sepanjang pantai, sering dibuat sistem groin. Dengan adanya groin tersebut, pasir yang ditimbun akan tertahan dalam ruas-ruas pantai di dalam sistem groin. Tetapi perlu dipikirkan pula bahwa pembuatan groin tersebut dapat menghalangi suplay sedimen ke daerah hilir, yang dapat menimbulkan permasalahan baru di daerah tersebut.
Memasang karang Buatan
Karang buatan yang dikembangkan pertama kali di Selandia Baru mulai tahun 1996, energi gelombang akan berkurang sampai 70 persen ketika sampai di pantai. Pembangunan konstruksi di bawah laut itu juga memungkinkan tumbuhnya terumbu karang baru.
Pemecah gelombang untuk melindungi kapal dari gelombang
Kubus Beton Tumpuk
Terlepas garis pantai terlindungi atau tidak, upaya menghentikan terjadinya abrasi secara terus menerus perlu dilakukan langkah-langkah penanggulangannya. Terdapat banyak metode dalam penanggulangan abrasi namun prinsip pokok penanggulangannya adalah memecah gelombang atau meredam energi gelombang yang terjadi.
Untuk mendapatkan type pemecah/peredam energi gelombang yang efektif perlu dilakukan pengkajian yang mendalam terhadap :
  1. Sifat dari pada karakteristik dan tinggi gelombang
  2. Kondisi tanah
  3. Pasang surut Bathimetry dan gradient pantai
Memperlihatkan kondisi tanah dan fungsi dari pada Breakwater itu sendiri, maka type pemecah/peredam energi gelombang ada bermacam-macam dan salah satunya adalah type box-beton (kubus beton), tipe ini memiliki beberapa keuntungan seperti :
  1. Dari segi teknis sangat efektif sebagai peredam energi gelombang Kubus Beton memiliki perbedaan berat jenis sekitar 2,4 kali dari berat jenis air atau sekitar 2,4 ton untuk 1 m3 beton
  2. Dari segi pelaksanaan data dibuat di tempat dan mudah dalam penataan. Bentuk kubus memudahkan kita untuk menata bentuk breakwater sesuai keinginan kita. Kadang breakwater murni kita gunakan sebagai pemecah gelombang namun kita dapat juga menyusunnya hanya untuk mengurangi energi gelombangnya saja dengan bentuk susunan berpori.
Untuk kondisi tertentu dari segi biaya jauh lebih murah. Untuk daerah-daerah yang tidak memiliki tambang kelas C yang menyangkut batu gunung mulai berat 5 kg – 700 kg keputusan untuk menggunakan kubus beton dapat membantu dan mengurangi biaya pengadaan dan mobilisasinya.

Teknologi Perkerasan Jalan Ramah Lingkungan

Makin tingginya tingkat populasi di Indonesia, maka makin bertambah juga jumlah alat transportasi yang digunakan. Peningkatan jumlah transportasi ini harus didukung dengan penambahan, pemeliharaan dan peningkatan kualitas jalan-jalan pendukung transportasi.
Penambahan, pemeliharaan dan peningkatan kualitas jalan ini tidak ditunjang dengan sumber daya bahan jalan itu sendiri, yaitu, semakin sedikitnya jumlah dan menurunnya kualitas aspal yang diproduksi karena cadangan sumber daya minyak bumi yang terbatas dan semakin sedikit.
Teknologi-teknologi baru terus dikembangkan untuk mengganti bahan aspal dengan bahan lain ataupun mengefisiensikan penggunaan aspal minyak dengan bahan lain. Namun hal tersebut masih dalam rancangan dan sampai saat ini hasilnya masih dalam kondisi pengamatan penelitian.
Satu teknologi yang bisa dilakukan mengefisiensikan pada perkerasan jalan serta ramah lingkungan adalah metode pendaurulangan jalan, metode teknologi ini dapat mengefisiensikan bahan aspal baru dan agregatnya. Yang paling menarik adalah teknologi ini ramah lingkungan karena selain mengefisiensikan bahan aspal dan agregat teknologi ini mengefisiensikan bahan bakar pada prosesnya. Efisiensi bahan bakar diperoleh dari sedikitnya pemanasan pada proses pembuatan campuran aspalnya, karena proses pemanasan ini dilakukan hanya pada pembuatan foam bitumen pada proses recyclingnya saja.
Teknologi Perkerasan Jalan Ramah Lingkungan 1
Teknologi Perkerasan Jalan Ramah Lingkungan 2
Menurut seorang peneliti di bidang bahan dan perkerasan jalan dari Puslitbang Jalan dan Jembatan (PUSJATAN), Prof. Furqon Affandi, teknologi jalan beton di Indonesia relatif sangat terbatas terbatas. Usia penelitian dan pengembangan teknologi ini hanya 24 (dua puluh empat) tahun. Penguasaan teknologi ini pun masih tertinggal jauh dibandingkan dengan di luar negeri dari segi metoda perencanaaan maupun teknologi pelaksanaan dan pemeliharaannya. Terkait dengan penguasaan teknologi concrete pavement ini, PUSJATAN telah melakukan penelitian dan pengembangan diantaranya :
  1. Pengembangan pedoman perkerasan beton semen (rigid) (1985)
  2. Pengembangan pedoman perencanaan perkerasan jalan beton semen (2003)
  3. Pengembangan pedoman perkerasan beton semen untuk jalan dengan lalu lintas rendah dan menengah (2003)
  4. Pengembangan pedoman pelaksanaan perkerasan jalan beton (2004)
  5. Pengembangan pedoman pemeliharaan jalan beton (2006)
  6. Penelitian bahan joint sealent untuk sambungan dan retak pada perkerasan beton (2008)
Pedoman perencanaan perkerasan beton semen yang dihasilkan tahun 1985, merupakan pedoman perencanaan yang pertama kali dibuat oleh Puslitbang jalan, yang merupakan adopsi dari metoda perencanaan perkerasan beton NAASRA yang telah berusia puluhan tahun ke belakang. Metoda ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan oleh NAASRA, sehingga belum bersifat analitis, yang mencakup jenis perkerasan beton bersambung tanpa tulangan, beton bersambung dengan dengan tulangan serta beton menerus dengan tulangan.
Pedoman perencanaan perkerasan jalan beton yang dikeluarkan tahun 2003 mengacu pula kepada perencanaan perkerasan beton dari NAASRA (1992) yang juga mencakup perkerasan beton bersambung tanpa tulangan, perkerasan beton bersambung dengan tulangan dan perkerasan beton menerus dengan tulangan. Pada perencanaan ini, sudah diperhitungkan kemampuan faktor kelelahan (fatigue) bahan yang digunakan akibat besar dan jumlah pengulangan beban perkiraan jalan tersebut selama umur rencananya. Hal lain yang diperhitungkan pada metoda perencanaan ini, ialah faktor erosi tanah dasar yang akan mempengaruhi keperluan tebal perkerasan jalan tersebut. Tebal pelat beton yang dipilih ialah tebal pelat beton yang memenuhi keamanan kedua faktor tersebut, yaitu ketebalan yang memberikan faktor kelelahan (fatigue) atau faktor erosi yang paling mendekati dan masih dibawah nilai 100%. Selain itu, metoda perencanaan perkerasan beton semen tahun 2003 ini juga memperhitungkan keberadaan bahu jalan terhadap tebal perkerasan yang diperlukan. Metoda perencanaan ini memanfaatkan dowel pada sambungan antar pelat yang berfungsi sebagai penyalur beban ( load transfer) dari pelat satu ke pelat yang sebelahnya.
Dengan perkembangan pembangunan jalan beton yang terus meningkat, maka dibuat Pedoman perkerasan beton semen untuk jalan dengan lalu lintas rendah dan menengah pada tahun 2003. Metoda ini, didasarkan pada kelas beban lalu lintas serta CBR tanah dasar, dimana perkerasan tersebut akan ditempatkan. Pelaksanaam perkerasan ini bersifat sederhana dengan menggunakan alat semi-manual maupun manual. Dari semua metoda perencanaan yang disebutkan diatas, kekesatan permukaan jalan dilakukan dengan membuat alur (grooving) yang dilakukan pada saat beton masih belum terlalu keras. Dari aspek metoda pelaksanaan, pembahasan pelaksanaan jalan beton dimulai dari persiapan tanah dasar, penghamparan beton, serta perawatannya, baik yang menggunakan acuan tetap atau menggunakan acuan gelincir, yang meliputi perkerasan beton bersambung tanpa tulangan, perkerasan beton bersambung dengan tulangan serta perkerasan beton menerus dengan tulangan.
Teknologi jalan beton di luar negeri mengalami perkembangan yang jauh lebihpesat, baik dari segi perencanaan konstruksi perkerasan, bahan yang digunakan, tipe perkerasan beton dan metoda pelaksanaanya. Salah satu metoda yang dikembangkan ialah metoda perencanaan yang bersifat mekanistik, untuk meningkatkan metoda yang selama ini ada, yang didasarkan pada pengembangan dari percobaan – percobaan yang sifat parameter perencanaanya sangat terbatas. Dengan metoda ini, perencanan lebih didasarkan kepada sifat material yang bisa diukur secara teknis, sehingga perencanaan bisa lebih sesuai dengan keadaan dimana perkerasan tersebut dilaksanakan.
Adapun tipe perkerasan yang telah dan tengah dikembangkan lagi, ialah perkerasan beton pracetak dan pracetak – prategang, baik untuk perencanaan jalan baru maupun untuk pemeliharaan, misalnya penggantian pelat beton tertentu yang mengalami kerusakan. Perencanaan jalan beton dengan metoda pracetak – prategang ini, sebagaimana halnya pada konstruksi yang menggunakan sistim prategang, dimaksudkan untuk memberi tekanan awal pada beton sehingga tegangan tarik yang terjadi pada konstruksi perkerasan beton tersebut bisa diimbangi oleh tegangan awal dan kekuatan tarik dari beton itu sendiri. Perkerasan beton dengan sistim pra cetak – pra tegang ini mempunyai beberapa keuntungan, seperti:
  1. Mutu beton akan lebih terkontrol, karena dicetak di pabrik
  2. Pelat beton menjadi lebih tipis, sehingga keperluan bahan akan lebih sedikit
  3. Retak yang terjadi bisa lebih kecil, karena ada tekanan dari baja yang ditegangkan
  4. Pelaksanaan di lapangan akan lebih cepat, dan pembukaan untuk lalu lintas pun akan lebih cepat pula.
  5. Gangguan terhadap lalu lintas, selama pelaksanaan di lapangan bisa diminimalkan karena pembangunan bisa lebih cepat.
  6. Kenyamanan pengguna jalan akan meningkat, karena sambungan antar pelat lebih panjang
Hal yang harus mendapat perhatian lebih lanjut adalah
  1. Diperlukannya ketelitian dalam pembentukan tanah dasar dan lapisan pondasi
  2. Diperlukannya ketelitian pada pembentukan pelat di pabrik     
Dari segi keamanan bagi pengguna jalan beton, diluar negeri telah dikembangkan pembuatan permukaan perkerasan yang lebih kesat dan kebisingannya lebih rendah, melalui permukaan perkerasan yang disebutexpose aggregate. Begitu juga bahan beton yang bisa mengeras dengan lebih cepat yang digunakan untuk pemeliharaan jalan beton. Indonesia masih membutuhkan pengembangan teknologi ini lebih lanjut untuk mendukung pembangunan jalan yang lebih handal.

Rumus Perhitungan RAB

Kegiatan estimasi dalam proyek konstruksi dilakukan dengan tujuan tertentu, tergantung pada siapa yang membuatnya. Pihak owner membuat estimasi dengan tujuan untuk mendapatkan informasi sejelas-jelasnya tentang biaya yang harus disediakan untuk merealisasikan proyeknya.
Nilai/haraga proyek yang baik tergantung dari bagaimana membuat suatu estimasi biaya yang baik, dimana biaya yang mungkin timbul harus dikendalikan seminimal mungkin.
Dalam menghitung rencana anggran biaya konstruksi, unsu-unsur yang menentukan adalah WBS (Work Breakdown Schedule), Volume pekerjaan (quantity) dan Harga Satuan pekerjaan. Ketepatan WSB dan volume tergantung dari lengkapnya data gambar dan spesifikasi.
1. Harga Satuan Pekerjaan
Harga satuan pekerja merupakan jumlah dari harga satuan bahan, upah pekerja dan harga alatyang di butuhkan untuk menyelesaikan tiap satuan pekerjaan berdasarka perhitungan analisis.
Harga satuan pekerjaan didapat dari hasil penjumlahan antara harga satuan bahan dengan harga satuan upah tenaga kerja. Perhitungan harga satuan pekerja dapat diperoleh dengan Rumus 3.1.
HSP = HSB + HSU……………………………………………………(3.1)
Dimana :
HSP = Harga Satuan Pekerjaan
HSB = Harga Satuan Bahan
HSU = Harga Satuan Upah
Besarnya harga satuan pekerjaan tergantung dari besarnya harga satuan bahandan harga satuan upah, dimana pada harga satuan bahan tergantung pada ketelitian dalam perhitungan kebutuhan bahan untuk setiap jenis pekerjaan, sedangkan pada penentuan harga satuan upah tergantung pada tingkat produktifitas dari pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan terrsebut.
2. Bahan
Bahan adalah sebuah material yang diperlukan untuk melakukan sebuah proses konstruksi untuk menghasilkan sebuah bangunan.
3. Harga Satuan Bahan dan Upah
Harga satuan bahan adalah harga yang harus dibayar untuk membeli persatuan jenis bahan bangunan.
Harga satuan bahan/upah diperoleh dari hasil perkalian antara koefisien bahan atau upah tenaga kerja dengan harga bahan tiap satuan. Haraga satuan bahan dan upah dapat diperoleh dengan Rumus 3.2 dan Rumus 3.3.
HSB = KB x HB…………………………………………………….(3.2)
HSU = KU x HU……………………………………………………(3.3)
Dimana :
KB = jumlah bahan yanga dibutuhkan tiap satuan pekerjaan
HB = harga bahan tiap satuan
KU = jumlah orang/hari untuk menyelesaikan tiap satuan pekerjaan
HU = upah tenaga kerja tiap hari
Adapun beberapa jenis pekerjaan yang diperhitungkan secara lumpsum (LS). Lumpsum yaitu taksiran biaya yang tidak memiliki analisa, namun dihitung berdasarkan perkiraan umum. Dari perhitungan satuan pekerjaan ini nantinya dijadikan dasar dalam perhitungan kebutuhan bahan dan tenga kerja tiap-tiap pekerjaan, durasi tiap-tiap pekerjaan, dan rencana anggaran biaya.
4. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
Yang dimaksud dengan perhitungan rencana anggaran biaya adalah menghitung perkiraan banyaknya yang diperlukan untuk bahan dan upah tenaga kerja berdasarkan analisis yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan nantinya sehingga tujuan atau sasaran proyek tercapai. Dalam rencana anggran biaya, biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan tidak ikut dimasukan, karena nantinya kan dimasukan dalam dokumen pelelangan. Biaya-biaya lain tersebut adalah :
1)        Jasa kontraktor
2)        Biaya perencanaan
3)        Izin mendirikan bangunan
Adapun cara perhitungan rencana anggaran biaya pelaksanaan adalah jumlah dari masing-masing hasil perkalian antara volume pekerjaan dengan harga satuan yang bersangkutan. Perhitungan rencan anggaran biaya dapat diroperoleh dengan Rumus 3.4.
RAB = Σ(volume x HSP)……………………………………………….(3.4)
Dimana :
RAB = Rencana anggaran biaya
HSP = Harga satuan pekerjaan
5. Kebutuhan Bahan dan Tenaga Kerja
Kebutuhan bahan dan material yang dibutuhkan untuk melaksanakan tiap-tiap pekerjaan sesuai dengan jadwal yang ada dan juga kebutuhan akan tenga kerja yang akan mengerjakannya. Dalam perhitungan durasi pekerjaan terdapat produktifitas pekerja untuk menyelesaikan suatu volume pekerjaan, dari produktifitas tersebut direncanakan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, jadi diketahui kebutuhan akan tenaga kerja. Sedangkan untuk menentuakn kebutuhan akan bahan didapat dari hasil perkalian antara koefisien bahan yang terdapat dalam harga satuan pekerjaan dengan volume suatu pekerjaan yang bersangkutan. Perhitungan kebutuhan bahan dapat diperoleh dengan Rumus 3.5
Kebutuhan bahan = KB x V……………………………………………(3.5)
Dimana :
KB = Jumlah bahan yang diperluakan tiap satuan pekerjaan
V   = Volume pekerjaan
Dengan penetuan akan bahan dan tenaga kerja tiap-tiap pekerjaan diharapkan pada pelaksanaan proyek nantinya bahan dan tenaga kerja yang dibutuhkan telah siap dilokasi proyek sesuai jadwal yang ditentukan

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Saluran Irigasi

Saluran irigasi merupakan bagian dari bendung yang berfungsi menyalurkan air dari bendung ke petak-petak sawah yang akan di aliri air. Berikut ini adalah pekerjaan irigasi secara umum :
  • Pekerjaan pokok adalah pembuatan saluran irigasi yang terdiri dari saluran induk, saluran sekunder saluran sub sekunder dan bangunan pengatur air
  • Lokasi pekerjaan sangat luas, karena panjang total saluran irigasi yang dibuat bisa mencapai puluhan kilometer
  • Pekerjaan dominan adalah pekerjaan tanah, berupa pekerjaan galian tanah, pekerjaan timbunan tanah atau kombinasi keduanya yaitu pekerjaan cut and fill
  • Pekerjaan akan padat peralatan berat dan sangat tergantung pada cuaca (musim hujan/musim kemarau)
  • Karena lokasi yang sangat luas, kemungkinan terjadi masalah sosial sangat besar
Urutan pelaksanaan pekerjaan irigasi
Pekerjaan persiapan
– Pembuatan temporary contractor’s fascilities, site office, ware house, work shop, open storage, staff quarter, labor house
– Bagian pengukuran
  • Pengukuran longitudinal section, untuk mencari trase saluran dan batas-batas pembebasan tanah
  • Pengukuran cross section, untuk mendesain elevasi saluran dan sebagai dasar perhitungan perhitungan volume pekerjaan tanah
– Pekerjaan mobilisasi alat berat
– Pekerjaan tanah
– Pekerjaan concrete lining
– Pekerjaan struktur bangunan pengatur air
– Pekerjaan jalan inspeksi
– Pekerjaan pintu air
Hal-hal yang perlu diperhatikan
  • Semaksimal mungkin menggunakan material galian untuk timbunan
  • Sebelum timbunan dilaksanakan, stripping dahulu permukaan humus/top soil agar tidak terjadi settlement
  • Dikerjakan dahulu semua struktur di lokasi timbunan, sebelum timbunan dilaksanakan, biasanya di lokasi timbunan terdapat drainage/box culvert
  • Dibuat mass hauling diagram agar jarak rata hauling bisa ditentukan dan agar kebutuhan jumlah dump truck bisa direncanakan
  • Jika jarak hauling terlalu jauh (lebih dari 5 km), agar dipertimbangkan material timbunan diambil dari borrow area terdekat
Pekerjaan tanah
  • Pekerjaan stripping, membuang top soil yang jelek, agar timbunan tidak mengalami penurunan
  • Pekerjaan timbunan, menimbun lokasi-lokasi sepanjag saluran yang rendah dengan tanah hasil galian atau dari borrow area
  • Pekerjaan galian, menggali lokasi-lokasi sepanjang saluran yang terlalu tinggi dan tanah hasil galian dibuang ke lokasi timbunan atau disposal area
  • Pekerjaan galian saluran, menggali dan membentuk saluran irigasi, setelah pekerjaan gali dan timbunmencapai rata datar meja
  • Pekerjaan trimming slope, menggali atau menambah tepian tanggul timbunan agar mencapai desain elevasi
Gambar metode galian timbunan
Metode penggalian saluran sekunder
  • Dipasang profil pada jarak setiap 25 meter, sehingga operator alat berat mempunyai pedoman untuk penggalian saluran
  • Dilakukan stock spare parts terutama yang bersifat fast moving, antara lain selang hydraulics
  • Diadakan pengecekan elevasi dan hasil kerja alat setiap jarak 5 meter, sehinga jika terjadi kesalahan dapat langsung diperbaiki
Gambar pekerjaan galian pada saluran sekunder
Gambar pekerjaan galian saluran sekunder
Metode pelaksanaan pekerjaan lining concrete
  • Dibuat mal dari kayu balok dengan tebal sama dengan ketebaan concrete lining (8 cm)
  • Perataan permukaan dengan menggunakan pipa galvanis persegi, baru kemudian dengan sendok semen
  • Dibuat grup pekerja tersendiri, khusus untuk persiapan lahan cor, terutama untuk trimming tanah
  • Pengecoran dengan sistem papan catur
Gambar pekerjaan lining concrete
Metode penggalian saluran sub sekunder
  • Dipasang profil pada jarak setiap 25 meter, sehingga operator alat berat mempunyai pedoman untuk menggali saluran
  • Bentuk bucket excavator diubah/disesuaikan dengan bentuk dan ukuran saluran (bentuk trapesium). Agar galian bisa presisi dan tidak banyak pekerjaan trimming slope.
    Gambar penggalian saluran sub sekunder

Pekerjaan Pemancangan Tiang Pancang

Sebelum dilakukan pemancangan perlu dipersiapkan alat-alat yang akan digunakan. Peralatan- peralatan yang digunakan dalam proses pemancangan adalah :

  • Alat pancang (Crawler Cranedan Hydraulic jump-nya)
  • Mesin las listrik dan kelengkapannya
  • Pesawat ukur seperti theodolit
  • Service crane, keberadaan alat ini tidak mutlak harus ada atau disesuaikan dengan lokasi
  • Unting-unting
  • Dolly, alat ini digunakan bila setting tiang yang dikehendaki dibawah muka tanah. Alat ini juga berguna untuk menambah kedalaman pancang karena final set rencana tidak tercapai
  • Alat-alat tambahan, seperti pelat baja 10 mm dan papan multipleks 10 mm

Sebagai contoh data spesifikasi tiang pancang adalah sebagai berikut :
1. Tiang pancang beton presstress dengan ukuran Δ 37cm x 37 cm x 37 cm
2. Mutu beton : K 500,
3. Panjang :

  • atas (top) : 12 m
  • tengah (middle) : 6 m
  • bawah (bottoom) : 6 m
  • dengan pemasangan : bawah sedalam 24 m.

Urutan-urutan pelaksanaan pemancangan adalah :
1. Penekanan pertama dapat dimulai dengan menjalankan mesin pancang. Tiang pacang diangkat sedikit dengan kabel pada titik ¼panjang dari ujung kepala tiang yang akan dipancang
2. Pengangkatan tiang pancang dilakukan sampai tegak, bersamaan dengan pengangkatan kabel diesel hydraulic jumsesuai posisi tiang agar penekanan dapat bekerja secara benar dan tiang yang bersangkutan tidak terpancang keluar dari posisinya.
3. Tiang yang akan dipancang harus dijaga posisi vertikalnya dengan menggunakan alat Theodolite dan unting-unting dalam 2 arah. Unting-unting adalah suatu besi panjang yang diberi benang dengan memakai batu sebagai pemberat
4. Setelah benar-benar vertikal, dilakukan penekanan pertama. Pada penekanan pancang maka ram (penumbuk) diangkat, pada kedalaman 2 m (tinggi jatuhnya ram tersebut akan terjun bebas untuk melakukan pukulan). Pengangkatan ram selanjutnya dengan mengandalkan hasil dari ledakan akibat pukulan tadi. Plywood sebagai alas dari hydraulic jump yang rusak diganti secara periodik dengan ketebalan 5 cm. Suara yang dihasilkan dari pemancangan ini cukup bising olehsebab itu pihak-pihak di sekitar lokasi proyek harus terlebih dahulu diberitahu efek dari pemancangan tersebut, sehingga nantinya tidak timbul masalah di kemudian hari
5. Selama pemancangan berlangsung, kedudukan tiang selalu diamati agar posisi tetap vertikal. Apabila terjadi kemiringan, maka pemancangan dihentikan dan dilakukan pembetulan tiang dengan mengatur berdirinyaleader.
Prosedur pelaksanaan pemancangan adalah sebagai berikut :
1. Pemancangan dilakukan setelah pekerjaan pematangan lahan selesai dilaksanakan sesuai dengan elevasi yang ditentukan
2. Penentuan posisi sentrisitas titik pancang dilakukan dengan cara membidik titik tiang pancang pada bouwplank dua arah
3. Pengangkatan tiang pancang, ujung bawah tiang / pipa pancang ditempatkan tepat pada titik pemancangan yang dikehendaki
4. Setting ketegak lurusan / kemiringan tiang pancang sesuai gambarkeja
5. Setelah posisi tiang pancang sudah tepat maka dapat dilakukan pemancangan
6. Pada saat pemancangan, posisi ketegakkan / kemiringan tiang pancang selalu di cek
7. Pemancangan dihentikan apabila pada pukulan terakhir penurunan tiang pancang sudah sesuai dengan final set yang direncanakan
Pekerjaan Pemancangan
Pekerjaan Pemancangan

Metode Pelaksanaan Beton Pracetak

Beton pracetak adalah beton yang dicetak di beberapa lokasi (baik yang di cetak di lingkungan maupun di pabrik-pabrik). Menurut SKSNI T-15-1991-03 beton pracetak adalah komponen beton yang dicor di tempat yang bukan merupakan posisi akhir dalam suatu struktur. Kekuatan beton yang dipakai sekitar 4000 sampai 6000 psi dan dengan kekuatan lebih tinggi. Beton cor di tempat memerlukan lebih banyak bekisting dan minimal dalam pemakaian ulang maksimal 10 kali, sedang untuk beton pracetak bekisting kayu atau fiber glass bisa di pakai  sampai 50 kali dengan sedikit perbaikan.
Besi Tulangan Balok Pracetak
Pengecoran Beton Pracetak
Beton Pracetak Yang Sudah Dicor
Perakitan Beton Pracetak
Pengangkutan elemen pracetak tersebut akan dipasang minimal harus mempertimbangkan sebagai berikut :
  1. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai lokasi.
  2. Jadwal pemasangan elemen pracetak sesuai jadwal rencana.
  3. Alternatif jalan lain yang dilewati seandainya ada satu jalan terjadi hambatan.
  4. Daya tampung lokasi proyek dalam menerima pengiriman elemen pracetak.
  5. Kemampuan crane dalam mengangkat elemen pracetak.
Dalam pemasangan elemen pracetak ke lokasi posisi terakhirnya,beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
  1. Site Plan
  2. Peralatan
  3. Siklus Pemasangan
  4. Tenaga Kerja
Site Plan
Site Plan yang ada maka akan dapat diperoleh hal-hal sebagai berikut :
  1. Dapat menempatkan posisi crane di lokasi proyek sehingga dapat difungsikan semaksimal dalam elemen-elemen pracetak ke posisi terakhirnya.
  2. Dapat direncanakan tempat penumpukan elemen pracetak yang memudahkan pengaturannya.
Peralatan
Dalam penggunaan elemen pracetak,menjadi pertimbangan adalah :
  1. Beberapa crane yang diperlukan dalam suatu proyek agar dapat digunakan semaksimal mungkin .
  2. Berapa radius perputaran crane.
  3. Peralatan pembantu serta jumlah kebutuhan guna mendukung siklus pemasangan elemen pracetak seperti truk,dan lain sebagainya.
Siklus Pemasangan
Secara garis besar siklus pemasangan dari elemen pracetak dapat dijabarkan sebagai berikut :
  1. Pengecoran elemen poer
  2. Pemasangan elemen balok
  3. Pemasangan elemen pelat
  4. Pengecoran over topping
Beberapa tipe elemen pracetak adalah
  1. POER PRECAST
  2. BALOK PRECAST
  3. HALF SLAB PRECAST
  4. PLANK FENDER PRECAST
  5. DOLPHIN
  6. KANSTEEN PRECAST
Alur Pembuatan Beton Precast

Tipe Struktur Baja Pada Bangunan

Struktur baja mempunyai beberapa tipe antara lain :

  • Portal
  • Rangka bidang (plane truss)
  • Rangka ruang (space truss)
  • Gantung (suspension)
  • Masted structures
  • Shell systems
Sistem Portal
1. Pengertian : yaitu sistem struktur yang terdiri dari tiang/ kolom (post) dan balok (beam) di mana tiang dan balok tersebut tersusun dari batang tunggal.
2. Fungsional : dapat digunakan sebagai struktur pada bangunan bentang panjang maupun bentang pendek.
3. Estetika : struktur ini cukup sederhana sehingga secara arsitektural pun biasa-biasa saja (terkesan konvensional) dan mempunyai kelemahan yaitu dimensi kolom dan balok semakin besar bila bentangnya semakin besar.
4. Konstruksional :

  • Stabilitas : stabil ketika antar portal saling dihubungkan.
  • Kekuatan : kuat untuk menopang penutup atap yang tidak terlalu berat, tetapi jika bentang semakin panjang, balok akan mengalami gaya lendut yang makin besar sehingga memerlukan dimensi komponen struktur yang makin besar pula serta memerlukan perkuatan.
  • Ketahanan goncangan : kuat terhadap gaya yang sejajar, tetapi lemah terhadap gaya yang tegak lurus struktur.
  • Kemudahan pembuatan : cukup mudah sebab strukturnya tidak terlalu rumit.
  • Waktu pelaksanaan : singkat / cepat.
  • Komponen utama : tiang / kolom (post) dan balok (beam).
  • Bahan / material : struktur ini dapat menggunakan bahan kayu, beton bertulang, dan baja.
  • Bentuk dasar : segi empat dan segi tiga.
  • Model / tipe : portal segi empat dan portal segi tiga.
5. Pembebanan (flow) :
Pembebanan Pada Tipe Portal
Pembebanan Pada Tipe Portal
6. Detail konstruksi :
Detail Konstruksi Pada Tipe Portal
Detail Konstruksi Pada Tipe Portal
7. Aplikasi :
Contoh Aplikasi Tipe Portal
Contoh Aplikasi Tipe Portal
Sistem Rangka Bidang
1. Pengertian : yaitu sistem struktur rangka batang yang tersusun secara dua dimensional.
2. Fungsional : umumnya digunakan pada struktur atap bentang panjang (sport hall, exhibition hall, stadion, dll) dan juga jembatan.
3. Estetika : secara arsitektural lebih baik dibandingkan portal dan lebih terkesan modern.
4. Konstruksional :

  • Stabilitas : menggunakan bentuk segitiga yang stabil (lebih stabil dibandingkan portal).
  • Kekuatan : kuat menahan beban yang cukup besar.
  • Ketahanan goncangan : kokoh menahan gaya yang sejajar bidang (lebih kokoh dibandingkan portal) tetapi lemah terhadap gaya yang tegak lurus bidang.
  • Kemudahan pembuatan : pembuatannya agak lebih rumit dibandingkan portal.
  • Waktu pelaksanaan : lebih lama dari portal.
  • Komponen utama : batang dan sambungan.
  • Bahan / material : umumnya menggunakan material baja, tapi juga dapat memakai bahan kayu.
  • Bentuk dasar : struktur ini memiliki bentuk dasar segitiga yang kemudian disusun.
  • Model / tipe : rangka batang sistem kabel, rangka batang Pratt, rangka batang Hower, rangka batang statis tak tentu, rangka batang funicular.
5. Pembebanan (flow) :
Pembebanan Pada Tipe Rangka Bidang
Pembebanan Pada Tipe Rangka Bidang
6. Detail konstruksi :
Detail Konstruksi Pada Tipe Rangka Bidang
Detail Konstruksi Pada Tipe Rangka Bidang
7. Aplikasi :
Contoh Aplikasi Tipe Rangka Bidang
Contoh Aplikasi Tipe Rangka Bidang
Sistem Rangka Ruang
1. Pengertian : yaitu sistem struktur rangka batang yang tersusun secara tiga dimensional (ruang).
2. Fungsional : hampir sama dengan rangka bidang, umumnya digunakan pada struktur atap bentang panjang (sport hall, exhibition hall, stadion, dll).
3. Estetika : dapat menghasilkan bentuk-bentuk yang lebih kompleks dan atraktif.
4. Konstruksional :

  • Stabilitas : lebih stabil dibandingkan rangka bidang.
  • Kekuatan : kuat menopang beban yang besar karena beban didistribusikan secara merata.
  • Ketahanan goncangan : tahan terhadap gaya yang sejajar struktur dan tahan terhadap tekuk lateral (gaya tegak lurus terhadap struktur).
  • Kemudahan pembuatan : pembuatannya cukup rumit.
  • Waktu pelaksanaan : cukup panjang / lama.
  • Komponen utama : batang (member) dan sambungan (joint).
  • Bahan / material : struktur ini menggunakan material baja.
  • Bentuk dasar : struktur ini memiliki bentuk dasar piramid (tetrahedron), limas / segitiga.
  • Model / tipe : square on square no offset, cubic prisms, two member lengths, trigonal prisms, octahedron and tetrahedron, one member lengths.
5. Pembebanan (flow) :
Pembebanan Pada Tipe Rangka Ruang
Pembebanan Pada Tipe Rangka Ruang
6. Detail konstruksi :
Detail Konstruksi Pada Tipe Rangka Ruang
Detail Konstruksi Pada Tipe Rangka Ruang
7. Aplikasi :
Contoh Aplikasi Tipe Rangka Ruang
Contoh Aplikasi Tipe Rangka Ruang
Sistem Gantung
1. Pengertian : yaitu sistem struktur yang menggunakan kabel sebagai penggantung (menahan gaya tarik) suatu konstruksi.
2. Fungsional : digunakan untuk konstruksi jembatan, atap, penggantung untuk lantai bangunan tinggi.
3. Estetika : struktur ini menghasilkan bentuk-bentuk yang menarik, unik, modern, dan memberi kesan ringan.
4. Konstruksional :

  • Stabilitas : stabil dan strukturnya cukup fleksibel (kabel sebagai struktur selalu dalam kondisi tarik, dengan distribusi gaya merata di setiap bagiannya).
  • Kekuatan : kabel merupakan material yang kurang lebih 4 kali lebih kuat dari struktur baja lainnya, berukuran dan bermassa lebih kecil.
  • Ketahanan goncangan : relatif tahan terhadap goncangan karena sifatnya yang cukup fleksibel
  • Kemudahan pembuatan : agak rumit.
  • Waktu pelaksanaan : agak lama (tidak secepat pemasangan portal).
  • Komponen utama : kabel sebagai penggantung.
  • Bahan / material : baja (kabel), beton (kolom).
  • Bentuk dasar : tents, preloaded catenaries, dan grids.
  • Model / tipe : incorporate suspension bridge element, suspended chain and cable roofs, dan  two-way cable networks in floor structures.
5. Pembebanan (flow) :
Pembebanan Pada Tipe Gantung
Pembebanan Pada Tipe Gantung
6. Detil konstruksi :
  • kolom
  • kabel
  • sambungan kabel dengan kolom / tiang
7. Aplikasi :
Contoh Aplikasi Tipe Gantung
Contoh Aplikasi Tipe Gantung
Masted Structure
1. Pengertian : yaitu sistem struktur yang menggunakan tiang sebagai penyangga utama di mana tiang tersebut menanggung kumpulan beban / gaya (yang disalurkan dari kabel-kabel yang digantung pada tiang tersebut) yang kemudian disalurkan ke tanah
2. Fungsional : hampir sama dengan suspension, yaitu untuk jembatan, atap bangunan (stadion, ehibition hall, sport hall, dll).
3. Estetika : bentuk-bentuk yang dihasilkan menarik, atraktif, dan modern.
4. Konstruksional :

  • Stabilitas : kestabilan dihasilkan melalui peletakan tiang (mast) yang tepat untuk menahan kabel-kabel sesuai dengan persebaran kabel-kabel tersebut.
  • Kekuatan : terletak pada tiang (mast) sebagai penyalur beban ke tanah yang diterima dari kabel-kabel.
  • Ketahanan goncangan : struktur ini cukup kuat untuk menahan gaya horizontal maupun gaya logitudinal.
  • Kemudahan pembuatan : cukup rumit.
  • Waktu pelaksanaan : cukup lama.
  • Komponen utama : tiang penyangga (mast)
  • Bahan / material : baja dan beton
  • Bentuk dasar : orthogonal, rotational, dan multiples.
  • Model / tipe : single mast structures and assemblages, two mast structures and assemblages, four mast structures and assemblages, membrane roofed structures, grandstand structures, dan rational structures.
5. Pembebanan (flow) :
Pembebanan Pada Tipe Masted Structure
Pembebanan Pada Tipe Masted Structure
6. Detil konstruksi :
Detail Konstruksi Pada Tipe Masted Structure
Detail Konstruksi Pada Tipe Masted Structure
7. Aplikasi :
Contoh Aplikasi Tipe Masted Structures
Contoh Aplikasi Tipe Masted Structures
Sistem Shell
1. Pengertian : yaitu sistem struktur yang menggabungkan plate, arc, dan catenarie sehingga menghasilkan kekuatan yang dihasilkan oleh bentukan lengkung yang dimilikinya.
2. Fungsional : digunakan untuk bangunan yang menggunakan bentuk dome, atap lengkung (stadion, bandara, stasiun kereta api, dll).
3. Estetika : bentuknya dinamis, tidak kaku.
4. Konstruksional :

  • Stabilitas : bentuk lengkung menciptakan kestabilan pada struktur.
  • Kekuatan : mendapatkan kekuatan dari bentuknya bukan dari kekuatan materialnya.
  • Ketahanan goncangan : kokoh terhadap goncangan karena meneruskan bebannya secara longitudinal seperti batang sekaligus secara transversal seperti busur.
  • Kemudahan pembuatan : tergolong rumit / sulit.
  • Waktu pelaksanaan : cukup lama.
  • Komponen utama : penutup atap
  • Bahan / material : selaput / membran
  • Bentuk dasar : bentuk dasar yang digunakan yaitu lengkungan (curved)
  • Model / tipe : single curved system, rotational shell system, dan anticlastic shell system.
5. Pembebanan (flow) :
Pembebanan Pada Tipe Shell
Pembebanan Pada Tipe Shell
6. Detil konstruksi :
  • plate
  • arc
  • catenarie
7. Aplikasi :
Contoh Aplikasi Tipe Shell System
Contoh Aplikasi Tipe Shell System